Semua masih menunggu, sekian abad lamanya

Tergilas, tergores, tergerus pusaka asing

Teriakan orang orang tua

Jeritan perempuan perempuan jelita

Tangisan anak anak ketakutan

Tidak lagi dapat didengar

 

Invasi asing kian menyebar

Menyerah sampai pada bagian terkecil

Tanpa sadar perlahan kita ditelanjangi

Oleh himpitan mata rantai diskriminasi

 

1928, 17 tahun sebelum merdeka

Lontaran semangat orang muda membludak

Membanjiri seluruh pelosok negri

Kita membela, kita bangkit, kita bergerak

Setelah lama terluka tanpa darah

Setelah lama minum dari air keringat sendiri

Berjalan kelelahan terhuyung huyung

Mencari penyatuan dari asas yang tercerai

 

Semakin keras gencatan imperial

Semakin lama kira tertekan

Jiwa jiwa perwira yang tak tersalurkan

Berhimpun mencari kolega pemahaman

Ber’orasi dalam diplomasi

Bersumpah dalam hegemoni tumpah ruah

Ini sumpah kami

Bukan asal sumpah serapah

-oleh (Cut wulandayu, S. Si)